Islam adalah penyerahan
penyerahan adalah keyakinan
keyakinan adalah pembenaran
pembenaran adalah pengakuan
pengakuan adalah pelaksanaan
dan pelaksanaan adalah amal

Monday 27 September 2010

Kisah Lukman, anaknya dan keledai


Janganlah menghiraukan orang lain, semuanya salah.

Ingatlah manakala pada suatu pagi cerah Lukman Al Hakim mengajak anaknya ke pasar. Mereka berniat menjual keledai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 

Maka, berangkatlah Lukman, anaknya, dan keledai itu. Lukman naik ke atas punggung keledai, sedangkan anaknya berjalan menuntun keledai ke pasar yang berjarak 10 kilo (meter) dari rumah mereka.

Ditengah jalan berpapasanlah Lukman dan anaknya dengan sekelompok orang. Orang-orang itu mencibir Lukman dengan kata-kata, ”Dasar orang tua mau enaknya sendiri, umurnya saja yang banyak otaknya tak ada, lihatlah, ia enak-enakkan duduk di atas keledai sedangkan anaknya ngos-ngosan berjalan di tengah padang pasir yang kian terik.”

Lukman bertanya kepada anaknya, “Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?” Sang anak menyampaikan tanggapan mereka.
Karena mendengar kritik pedas ini, Lukman pun turun. Ia lalu menyuruh anaknya menggantikan posisinya di atas punggung si Keledai. Bapak dan anak ini kemudian melanjutkan perjalanan menuju pasar.

”Anak tak tau diri, masak ia duduk nyantai di atas keledai sementara orang tuanya berjalan kaki. Anak durhaka!” kata seorang yang yang sedang duduk di sebuah warung yang mereka lewati.

Lukman bertanya kepada anaknya, “Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?” Sang anak menyampaikan tanggapan mereka.

Mendengar itu mereka berhenti sejenak. Berfikir. Akhirnya sepakat untuk berdua naik keledai yang telah ngos-ngosan sejak tadi. Perjalanan berlanjut.

”Hahahahaha…,” sekarang mereka ditertawakan seseorang yang mimiliki jenggot sedada. ”Dasar edan, tak punya pri-kebinatangan, tak punya rasa kasihan. Masa binatang begini kecil, begini ringkih, dinaikki dua orang yang sebesar itu!? cibir seseorang yang melihat mereka berdua mengendarai keledai.

Lukman bertanya kepada anaknya, “Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?” Sang anak menyampaikan tanggapan mereka.

Mereka lalu turun dari keledai. Anaknya mengusulkan bagaimana kalau keledai itu digotong saja. Lukman setuju. Diikatlah kaki keledai, dua-dua, yang depan dan belakang. Kemudian diantara kaki keledai itu mereka masukkan sebatang kayu untuk menggotong. Mereka berjalan lagi. Keledai itu sekarang terbalik posisinya, kaki di atas dan kepala di bawah, meronta-ronta dalam gotongan Lukman dan anaknya.

Melihat perihal ini, orang-orang yang mereka papasin semakin pedas omongnya. ”Apa kalian memang benar-benar telah gila? Keledai hidup kok digotong seperti mati?”

Lukman bertanya kepada anaknya, “Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?” Sang anak menyampaikan tanggapan mereka.
Lalu mereka menurunkan keledai dan melepaskan ikatannya. Sekarang mereka berjalan bertiga: Lukman, anaknya, dan keledai. Tapi apa yang terjadi. Seseorang yang mereka temui kemudian malah berkomentar, ”Dasar bapak dan anak sama bodoh dengan keledainya. Ada tunggangngan kok gak dinaiki?”

Lukman bertanya kepada anaknya, “Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?” Sang anak menyampaikan tanggapan mereka.

Mereka lalu memutuskan untuk istirahat sebentar. Duduklah Lukman, anaknya, dan si Keledai di bawah sebatang pohon kurma. Mereka mencoba menghilangkan dahaga dengan meneguk air dari oase yang berada tak jauh dari situ.

Apa kata Lukman pada anaknya kala haus telah mulai berkurang? Inilah nasehatnya ;

“Sesungguhnya tiada terlepas tingkah laku seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan dari Allah SWT saja.
Barangsiapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam menjalani kehidupan.”

“Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, yaitu  sedikit keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai), dan hilang kemulian hatinya (kepribadian), dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu, ialah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya.

“Wahai anakku, bukankah aku telah berkata kepadamu, kerjakanlah pekerjaan yang membuat engkau menjadi shaleh dan janganlah menghiraukan orang lain. Dengan peristiwa ini saya hanya ingin memberi pelajaran kepadamu.”

***
Ketahuilah ! sejak Lukman keluar dari rumah, banyak sekali orang-orang mengatakan kepada mereka kalau apa yang mereka lakukan salah. Padahal, yang mereka lakukan tadi adalah bukan dari kehendak mereka sendiri, tapi berasal dari kehendak-kehendak orang-orang tersebut. Inilah hidup ! Terkadang apa yang kita yakini benar belum tentu benar bagi orang lain, begitu juga benar bagi orang lain, juga belum tentu benar bagi kita dan bagi orang yang lain lagi.


"Apa perduliku antara aku dengan makhluk, adalah pada permulaan dalam sulbi orang tuaku, aku sendirian, kemudian aku berpindah ke dalam perut ibuku, aku sendirian, kemudian aku keluar dan masuk ke dunia juga sendirian, kemudian rohku dicabut, juga sendirian, kemudian aku pun masuk dalam kuburku sendirian pula dan datanglah kepadaku Malaikat-malaikat Munkar dan Nakir menanyakan pertanyaan-pertanyaan kepadaku dalam keadaan aku sendirian pula. Kemudian amal baikku dan dosaku ditimbang dalam timbanganku, juga aku sendirian. Seandainya jika aku dikirim ke surga, aku sendirian, dan jika dikirim ke neraka aku pun sendirian pula. Maka apakah hubungan dengan manusia-manusia selainku?"

 "Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan kamu, dan takutilah akan hari (akhirat) yang padanya seseorang ibu atau bapa tidak dapat melepaskan anaknya dari azab dosanya, dan seorang anak pula tidak dapat melepaskan ibu atau bapanya dari azab dosa masing-masing sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar, maka janganlah kamu diperdayakan oleh kehidupan dunia, dan jangan pula kamu diperdayakan oleh bisikan dan ajakan setan yang menyebabkan kamu berani melanggar perintah Allah." (Luqman: 33)

Ingatlah, kebenaran datangnya dari Allah, melalui informasi wahyu dan ilham. Kebenaran bukan diukur oleh banyaknya orang yang mendukung atau kekuatan yang mempertahankannya. Kebenaran tetaplah kebenaran walaupun yang menerima hanya seorang saja.  

Wednesday 22 September 2010

Mencari Ilmu, hal yang diwajibkan oleh Allah Ta'ala

"Tidak ada jalan untuk mencapai Allah kecuali melalui ilmu. Dan ilmu merupakan perhiasan bagi manusia di dunia dan di akhirat nanti, menuntunnya menuju Syurga, dan dengan sarana itu dia memperoleh ridha Allah." (Imam Ja'far Ash-Shadiq AS) 

 

Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu”.(At-Tahrim : 6)

 

Ayat ini diperuntukan kepada para ayah, para suami, yang menjadi imam/pemimpin rumah tangga. Menjaga keluarga dari siksa api neraka adalah wajib hukumnya, sebagaimana disampaikan Allah dalam firman-Nya diatas. yang menjadi pertanyaan barangkali bagaimana caranya kita melakukannya, tidak lain adalah dengan ilmu. 

 

Ilmu dapat membimbing, menuntun kita kepada jalan yang semestinya kita lalui, dengan ilmu kita terbimbing kepada tujuan yang kita harapkan yaitu Jannah. Ilmu bak cahaya dikegelapan malam. maka tidak heran kalau Allah dan Rasulullah saww menyanjung orang-orang yang berilmu di dalam firman-Nya dan sabdanya. Untuk memenuhi kebutuhan ini mestinya kita mengajarkan kepada keluarga kita akan ilmu. Karena itu, adh-Dhahhak dan Muqatil menafsirkan ayat tersebut diatas , “Wajib bagi setiap muslim, mengajarkan keluarganya, kerabat dan hamba sahayanya akan apa yang diwajibkan oleh Allah atas mereka, dan apa yang dilarang-Nya.” Hal senada dikatakan oleh At-Thabari, “Hendaknya kita mengajari anak-anak dan keluarga kita masalah agama dan kebaikan, serta apa-apa yang penting dan dibutuhkan dalam persoalan adab dan akhlak.”

Mengikuti kebanyakan bukanlah merupakan tolak ukur suatu kebenaran.

Banyak kita jumpai seruan untuk mengikuti kebanyakan orang (mayoritas) dalam hal beragama, ia berbendapat bahwa mengikuti mayoritaslah merupakan kebenaran dalam beragama. Telah dijelaskan dalam Alquran bahwa mengikuti kebanyakan orang bukanlah merupakan tolak ukur suatu kebenaran.

Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman :

1. Kebanyakan manusia menyesatkan :
"Seandainya kalian mengikuti kebanyakan orang di muka bumi, sungguh mereka akan menyesatkan kalian dari jalan Allah" (Qs:al An’aam:116) 

2. Kebanyakan manusia tidak bersyukur:
"..akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur” (Qs Al Baqoroh:243)
3. Kebanyakan manusia tidak mengetahui kebenaran:
“…akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Qs.Al A’raf:187)
4. Kebanyakan manusia lalai mengingat Allah:
“.. dan sesungguhnya kebanyakan manusia itu lengah terhadap tanda tanda kekuasan Kami” (Qs.Yunus:92)
5. Kebanyakan manusia itu fasik:
“..dan sesungguhnya kebanyakan manusia itu benar benar fasiq” (Qs.Al Maa’idah:49)
6. Kebanyakan manusia mengingkari Al Quran:
“ dan sesungguhnya Kami telah mengulang ulang kepada manusia didalam Al-Quran ini setiap macam perumpamaan, tetapi kebanyakan manusia tidak menyukai selain mengingkari”. (Qs.Al Isra’:89)
7. Kebanyakan manusia mengingkari berjumpa dengan Allah:
“ Dan sesungguhnya kebanyakan diantara manusia benar benar ingkar akan pertemuan dengan rabb-nya. (Qs.Ar Ruum:8)
8. Kebanyakan manusia tidak beriman:
“ ..akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman”. (Qs.Hud:17)

 

Alangkah sedikitnya manusia yang bersyukur, yang mau mengambil pelajaran, yang senantiasa mengingat Allah dan yang beriman kepada Al-Quran.

1. Sedikit sekali manusia yang bersyukur:
“ Sedikit sekali dari hamba-Ku yang bersyukur.” (Qs.Saba’:13)
2. Sedikit sekali manusia yang beriman:
“ ..Sedikit sekali kalian beriman kepadanya. (Qs.Al Haaqqah:41)
3. Sedikit sekali manusia menginggat Allah:
“ Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat” (Qs.An Naml:62)
4. Sedikit sekali manusia yang mau mengambil pelajaran.
“..Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran” (Qs.Al A’raf:3)
 

Saturday 18 September 2010

Sekelumit kisah masa depan yang diharapkan umat Islam berbentuk Syafaat

Hadits Riwayat Bukhari – Muslim.  
 
Ini adalah sekelumit “kisah masa depan”, ketika seluruh manusia berkumpul di hari kebangkitan di Alam Masyhar. Kisah ini disampaikan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya. Dalam kisah itu diceritakan bahwa Allah mengumpulkan seluruh manusia dari yang pertama hingga yang terakhir dalam satu daratan. Pada hari itu matahari mendekat kepada mereka, dan manusia ditimpa kesusahan dan penderitaan yang mereka tidak kuasa menahannya.

Lalu di antara mereka ada yang berkata, “Tidakkah kalian lihat apa yang telah menimpa kita, tidakkah kalian mencari orang yang bisa memberikan syafa’at kepada Rabb kalian?”

Yang lainnya lalu menimpali, “Bapak kalian adalah Adam AS.”

Akhirnya mereka mendatangi Adam lalu berkata, “Wahai Adam, Anda bapak manusia, Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya, dan meniupkan ruh kepadamu, dan memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, dan menempatkanmu di surga. Tidakkah engkau syafa’ti kami kepada Rabb-mu? Apakah tidak kau saksikan apa yang menimpa kami?”

Maka Adam berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang marah yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya Dia telah melarangku untuk mendekati pohon (khuldi) tapi aku langgar. Nafsi nafsi (aku mengurusi diriku sendiri), pergilah kalian kepada selainku, pergilah kepada Nuh AS.”

Lalu mereka segera pergi menemui Nuh AS dan berkata, “Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama yang diutus ke bumi, dan Allah telah memberikan nama kepadamu seorang hamba yang bersyukur (abdan syakuro), tidakkah engkau saksikan apa yang menimpa kami, tidakkah engkau lihat apa yang terjadi pada kami? Tidakkah engkau beri kami syafa’at menghadap Rabb-mu?”

Maka Nuh berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Sesungguhnya aku punya doa, yang telah aku gunakan untuk mendoakan (celaka) atas kaumku. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Ibrahim AS!”

Lalu mereka segera menemui Ibrahim dan berkata, “Wahai Ibrahim, engkau adalah Nabi dan kekasih Allah dari penduduk bumi, syafa’atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang menimpa kami?”

Maka Ibrahim berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya aku telah berbohong tiga kali. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Musa AS!”

Lalu mereka segera pergi ke Musa, dan berkata, “Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberikan kelebihan kepadamu dengan risalah dan kalam-Nya atas sekalian manusia. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”

Lalu Musa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan pernah marah seperti ini sesudahnya. Dan sesungguhnya aku telah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Isa AS!”

Lalu mereka pergi menemui Isa, dan berkata, “Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang dilontarkan kepada Maryam, serta ruh dari-Nya. Dan engkau telah berbicara kepada manusia semasa dalam gendongan. Berilah syafa’at kepada kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”

Maka Isa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Muhammad SAW!”

Akhirnya mereka mendatangi Muhammad SAW, dan berkata, “Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang lalu maupun yang akan datang. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu, tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”

Lalu Nabi Muhammad SAW pergi menuju bawah ‘Arsy. Di sana beliau bersujud kepada Rabb, kemudian Allah membukakan kepadanya dari puji-pujian-Nya, dan indahnya pujian atas-Nya, sesuatu yang tidak pernah dibukakan kepada seorangpun sebelum Nabi Muhammad. Kemudian Allah SWT berkata kepada Muhammad, “Wahai Muhammad, angkat kepalamu, mintalah, niscaya kau diberi, dan berilah syafa’at niscaya akan dikabulkan!”

Maka Muhammad SAW mengangkat kepalanya dan berkata, “Ummatku wahai Rabb-ku, ummatku wahai Rabb-ku, ummatku wahai Rabb-ku!”

Lalu disampaikan dari Allah kepadanya, “Wahai Muhammad, masukkan ke surga di antara umatmu yang tanpa hisab dari pintu sebelah kanan dari sekian pintu surga, dan mereka adalah ikut memiliki hak bersama dengan manusia yang lain pada selain pintu tersebut dari pintu-pintu surga.”

***
Itulah sekelumit kisah masa depan ketika hari kebangkitan. Pada hari manusia berhadapan dengan Hakim Yang Maha Adil di timbangan Mizan, Rasulullah SAW memberi syafa’at kepada ummatnya. Pada hari itu Rasulullah SAW menjadi sayyid (tuan)nya manusia. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW dan keluarganya yang suci.

Allahuma shali ala Muhammad wa ali Muhammad, fataqobal syafaatahu fi umatihi warfa darajatahu. 


Friday 17 September 2010

Sekilas Tentang Fiqih, Mazhab dan Ijtihad

Fiqih atau fiqh (bahasa Arab:ﻓﻘﻪ

adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya.[1] Beberapa ulama fiqih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fiqih sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah.
Fiqih membahas tentang cara bagaimana cara tentang beribadah, tentang prinsip Rukun Islam dan hubungan antar manusia sesuai dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam Islam (yang terkenal dan banyak pengikutnya), terdapat 4 mazhab dari Sunni, (Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i, Imam Hambali), 1 mazhab dari Syiah, (Imam Dja'far As-Shadiq / Ja'fari) dan Khawarij yang mempelajari tentang fiqih. Seseorang yang sudah menguasai ilmu fiqih disebut Faqih.

Mazhab (bahasa Arab: مذهب, madzhab)

adalah istilah dari bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun abstrak. Sesuatu dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya. Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan mazhab adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.[1]


Mazhab Sunni, Syiah, Khawarij
Sunni
Sunni atau lebih dikenal dengan Ahlus-Sunnah wal Jama'ah pada awal mula perkembangannya banyak memiliki aliran, ada beberapa sahabat, tabi'in dan tabi'it tabi'in yang dikenal memiliki aliran masing-masing. Sampai kemudian terdapat empat mazhab yang paling banyak diikuti oleh Muslim Sunni. Di dalam keyakinan Sunni, empat mazhab yang mereka miliki valid untuk diikuti, perbedaan yang ada pada setiap mazhab tidak bersifat fundamental.

Hanafi 

Didirikan oleh Imam Abu Hanifah, Mazhab Hanafi adalah yang paling dominan di dunia Islam (sekitar 45%), penganutnya banyak terdapat di Asia Selatan (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka, dan Maladewa), Mesir bagian Utara, separuh Irak, Syria, Libanon dan Palestina (campuran Syafi'i dan Hanafi), Kaukasia (Chechnya, Dagestan).

 

Maliki

Didirikan oleh Imam Malik, diikuti oleh sekitar 25% muslim di seluruh dunia. Mazhab ini dominan di negara-negara Afrika Barat dan Utara. Mazhab ini memiliki keunikan dengan menyodorkan tatacara hidup penduduk Madinah sebagai sumber hukum karena Nabi Muhammad hijrah, hidup, dan meninggal di sana; dan kadang-kadang kedudukannya dianggap lebih tinggi dari hadits.

 

Syafi'i

Dinisbatkan kepada Imam Syafi'i memiliki penganut sekitar 28% muslim di dunia. Pengikutnya tersebar terutama di Indonesia, Turki, Irak, Syria, Iran, Mesir, Somalia, Yaman, Thailand, Singapura, Filipina, Sri Lanka dan menjadi mazhab resmi negara Malaysia dan Brunei.

 

Hambali

Dimulai oleh para murid Imam Ahmad bin Hambal. Mazhab ini diikuti oleh sekitar 5% muslim di dunia dan dominan di daerah semenanjung Arab. Mazhab ini merupakan mazhab yang saat ini dianut di Arab Saudi.

 
Syi'ah
Syi'ah atau lebih dikenal lengkapnya dari kalimat bersejarah Syi`ah `Ali (Pengikut 'Ali) pada awal mula perkembangannya juga banyak memiliki aliran. Namun demikian hanya tiga aliran yang masih ada sampai sekarang, yaitu Itsna 'Asyariah / 12 Imam (paling banyak diikuti), Ismailiyah dan Zaidiyah. Kaum Syi'ah, khususnya Mazhab Ja'fari atau Dua Belas Imam menafsirkan bahwa Ahlul Bait adalah "anggota rumah tangga" Muhammad dan mempercayai bahwa mereka terdiri dari: Muhammad, Ali bin Abi Thalib, Fatimah az-Zahra, Hasan bin Ali, dan Husain bin Ali.
Kaum Syi'ah percaya bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait yang disucikan sesuai dengan ayat tathîr (penyucian) (QS. Al-Ahzab [33]:33), adalah mereka yang termasuk dalam Ahlul-Kisa yaitu Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan dan Husain serta 9 imam berikutnya yang merupakan keturunan dari Husain. Di dalam keyakinan utama Syi'ah, Ali bin Abu Thalib dan anak-cucunya dianggap lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan sebagai khalifah dan imam bagi kaum muslimin. Di antara ketiga mazhab Syi'ah terdapat perbedaan dalam hal siapa saja yang menjadi imam dan pengganti para imam tersebut pada saat ini.

 

Ja'fari

Mazhab Ja'fari atau Mazhab Dua Belas Imam (Itsna 'Asyariah) adalah mazhab dengan penganut yang terbesar dalam Muslim Syi'ah. Dinisbatkan kepada Imam ke-6, yaitu Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Keimaman kemudian berlanjut yaitu sampai Muhammad al-Mahdi bin Hasan al-Asykari bin Ali al-Hadi bin Muhammad al-Jawad bin Ali ar-Ridha bin Musa al-Kadzim bin Ja'far ash-Shadiq. Mazhab ini menjadi mazhab resmi dari Negara Republik Islam Iran.

 

Ismailiyah

Mazhab Ismaili atau Mazhab Tujuh Imam berpendapat bahwa Ismail bin Ja'far adalah Imam pengganti ayahnya Jafar as-Sadiq, bukan saudaranya Musa al-Kadzim. Dinisbatkan kepada Ismail bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Garis Imam Ismailiyah sampai ke Imam-imam Aga Khan, yang mengklaim sebagai keturunannya.

 

Zaidiyah

Mazhab Zaidi atau Mazhab Lima Imam berpendapat bahwa Zaid bin Ali merupakan pengganti yang berhak atas keimaman dari ayahnya Ali Zainal Abidin, ketimbang saudara tirinya, Muhammad al-Baqir. Dinisbatkan kepada Zaid bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Setelah kematian imam ke-4, Ali Zainal Abidin, yang ditunjuk sebagai imam selanjutnya adalah anak sulung beliau yang bernama Muhammad al-Baqir, yang kemudian diteruskan oleh Ja'far ash-Shadiq. Zaid bin Ali menyatakan bahwa imam itu harus melawan penguasa yang zalim dengan pedang. Setelah Zaid bin Ali syahid pada masa Bani Umayyah, ia digantikan anaknya Yahya bin Zaid.
 
Khawarij 

Mazhab Khawārij mencakup sejumlah aliran dalam Islam yang awalnya mengakui kekuasaan Ali bin Abi Thalib, lalu menolaknya karena melakukan takhrif (perdamaian} dengan Muawiyah bin Abu Sufyan yang mereka anggap zalim. Awalnya mazhab ini berpusat di daerah Irak bagian selatan. Kaum Khawārij umumnya fanatik dan keras dalam membela mazhabnya, serta memiliki pemahaman tekstual Al-Quran yang berbeda dari Sunni dan Syi'ah.


Ijtihad (Arab: اجتهاد

adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.
Namun pada perkembangan selanjutnya, diputuskan bahwa ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam.
Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu.

Fungsi Ijtihad

Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap, tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detil oleh Al Quran maupun Al Hadist. Selain itu ada perbedaan keadaan pada saat turunnya Al Quran dengan kehidupan modern. Sehingga setiap saat masalah baru akan terus berkembang dan diperlukan aturan-aturan baru dalam melaksanakan Ajaran Islam dalam kehidupan beragama sehari-hari.
Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat tertentu atau di suatu masa waktu tertentu maka persoalan tersebut dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadist. Sekiranya sudah ada maka persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada sebagaimana disebutkan dalam Al Quran atau Al Hadits itu. Namun jika persoalan tersebut merupakan perkara yang tidak jelas atau tidak ada ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist, pada saat itulah maka umat Islam memerlukan ketetapan Ijtihad. Tapi yang berhak membuat Ijtihad adalah mereka yang mengerti dan paham Al Quran dan Al Hadist.

 

Jenis-jenis ijtihad

 

Ijma'

Ijma' artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.

 

Qiyâs

Qiyas artinya menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya
  • Beberapa definisi qiyâs (analogi)
    1. Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada cabangnya, berdasarkan titik persamaan diantara keduanya.
    2. Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui suatu persamaan diantaranya.
    3. Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di dalam [Al-Qur'an] atau [Hadis] dengan kasus baru yang memiliki persamaan sebab (iladh).

Istihsân

  • Beberapa definisi Istihsân
    1. Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya karena dia merasa hal itu adalah benar.
    2. Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa diekspresikan secara lisan olehnya
    3. Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang banyak.
    4. Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.
    5. Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara yang ada sebelumnya...

 

Maslahah murshalah

Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskhnya dengan pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan menghindari kemudharatan.

 

Sududz Dzariah

Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentinagn umat.

 

Istishab

Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnya.

 

Urf

Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.

lain-lain :
Mazhab agama Islam yang paling banyak dianut di Indonesia adalah Mazhab Syafi'i

Thursday 16 September 2010

Islam terpecah menjadi 73 golongan, satu golongan yang selamat

JUMLAH HADITS TENTANG TERPECAHNYA UMAT
Kalau kita kumpulkan hadits-hadits tentang terpecahnya umat menjadi 73 golongan dan satu golongan yang masuk surga, lebih kurang ada lima belas hadits yang diriwayatkan oleh lebih dari sepuluh ahli hadits dari 14 shahabat Rasulullah SAW, yaitu ; Abu Hurairah, Mu’awiyah, Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash, Auf bin Malik, Abu Umamah, Ibnu Mas’ud, Jabir bin Abdillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abu Darda’, Watsilah bin Al-Asqa’, Amr bin ‘Auf Al-Muzani, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy’ariy, dan Anas bin Malik.

Sebagian dari hadit-hadits tersebut ialah :


Dari Abu Hurairah ia berkata : “Telah bersabda Rasulullah SAW. Kaum Yahudi telah terpecah menjadi 71 golongan atau 72 golongan dan Kaum Nashrani telah terpecah menjadi 71 golongan atau 72 golongan dan ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan”.

Dari Auf bin Malik, dia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda : "Yahudi telah berpecah menjadi 71 golongan, satu golongan di surga dan 70 golongan di neraka. Dan Nashara telah berpecah belah menjadi 72 golongan, 71 golongan di neraka dan satu di surga. Dan demi Allah yang jiwa Muhammad ada dalam tangan-Nya umatku ini pasti akan berpecah belah menjadi 73 golongan, satu golongan di surga dan 72 golongan di neraka." 



  • Abu Dawud : Kitabus Sunnah, 1 bab Syarhus Sunnah 4 : 197-198 nomor hadits 4596. Dan hadits di atas adalah lafadz Abu Dawud.

  • Tirmidzi : Kitabul Iman, 18 bab Maa ja’a fi ‘Iftiraaqi Hadzihil Ummah, nomor 2778 dan ia berkata : Hadits ini HASAN SHAHIH. .

  • Ibnu Majah : 36 Kitabul Fitan, 17 bab Iftiraaqil Umam, nomor 3991.

  • Imam Ahmad dalam Musnadnya 2 : 332 tanpa menyebutkan kata Nashara.

  • Hakim dalam kitabnya : Al-Mustadrak : Kitabul Iman 1 : 6 dan ia berkata : Hadits ini banyak sanadnya dan berbicara masalah pokok-pokok agama.

  • Ibnu hibban dalam kitab Mawaariduzh-Zhan’aam: 31 Kitabul Fitan, 4 bab Iftiraaqil Umam, halaman 454 nomor 1834.

  • Abu Ya’la Al-Mushiliy dalam kitabnya Al-Musnad : Musnad Abu Hurairah.

  • Ibnu Abi ‘Ashim dalam kitab “As-Sunnah”, bab 19-bab Fima Akhbara Bihin Nabi Anna Ummatahu Sataf Tariqu juz I hal. 33 nomor 66.

  • Ibnu Baththah Fil Ibanatil Kubra : bab Dzikri Iftiraaqil Umma Fiidiiniha, Wa’alakam Tartaraqul Ummah ?. juz I hal. 228 nomor 252.

  • .Al-Aajurriy dalam kitabnya “Asy-Syari’ah” bab Dzikri Iftiraaqil Umam halaman 15.


  • Semua ahli hadits tersebut di atas meriwayatkan dari jalan Muhammad bin ‘Amr dari Abu Salamah dari Nabi SAW.

    Untuk direnungkan dan dipikirkan

    1 golongan Umat Yahudi yang selamat adalah mereka yang beriman kepada Nabi Isa as, dan 1 golongan umat Nasrani yang selamat adalah mereka yang beriman kepada Nabi Muhammad saw, sedang 1 golongan umat Islam yang selamat ????


    Allah berfirman : "Barang siapa mencari kejalanKu, akan Aku tunjukan"


    Mari kita yang berpikir, sudah saatnya kita mencari dan perduli serta bertanggung jawab akan keyakinan ini yaitu pada agama kita, Islam. Hilangkan ego, buka hati nurani dan pikiran. Pelajarilah keislaman kita, mulai dari ketauhidan, keimanan, mazhab, fiqih, riwayat, hadits, sejarah dll, sehingga kita bisa mempertanggung jawabkan apa yang sudah dan sedang kita amalkan, jangan mengikuti tapi tidak mendalami, apa dalilnya dari semua yang kita lakukan ini, kita diberikan akal, pergunakanlah sebaik-baiknya.

    APA DAN KENAPA ADALAH BUKTI ATAS KEBODOHAN KITA.
    AGAMA ITU UNTUK DIIKUTI, BUKAN DENGAN LOGIKA.


    Starting from Nothing & Ends as Nothing

    Ya Allah, Engkau turunkan daku sebagai air yang hina, dari sulbi tulang yang berkelindan. Melalui jalan lewat yang rapat, menuju rahim yang sempit yang Kau tutupi dengan tirai-tirai. Engkau pindahkan daku ke dalam berbagai keadaan sampai aku mencapai bentuk kesempurnaan. Engkau teguhkan anggota badanku. Setetes nuftah kemudian sebongkah alaqah, kemudian mudhghah, kemudian tulang. Kau bungkuskan tulang pada daging, kemudian Kau ciptakan daku makhluk lain yang Kau kehendaki.

     

    Sehingga ketika aku memerlukan rezeki-Mu yang tidak bisa kupenuhi tanpa limpahan-Mu, Kau berikan padaku anugrah makanan dan minuman. Kau alirkan itu lewat hamba-Mu. Yang dalam perutnya Kau-tempatkan daku, yang dalam rahimnya Kau dudukan daku.

     

     

    Sekiranya, Tuhanku. Engkau serahkan daku dalam perubahan itu pada kekuatanku saja, Engkau desak daku untuk bersandar pada dayaku semata, pastilah terlepas kekuatanku, menjauh dayaku.

     

    Tidak ada daya dan upayaku, kecuali pertolongan dari Mu, wahai Yang Maha Agung.

     

    Definisi Islam

    Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib as berkata : "Aku akan memberikan (kepada kalian) definisi Islam dengan definisi yang belum pernah diberikan oleh seorangpun sebelumku. Yaitu, Islam adalah penyerahan, penyerahan adalah keyakinan, keyakinan adalah pembenaran, pembenaran adalah pengakuan, pengakuan adalah pelaksanaan, dan pelaksanaan adalah amal." 


    Aspek kebahasaan

    Kata Islam merupakan penyataan kata nama yang berasal dari akar triliteral s-l-m, dan didapat dari tatabahasa bahasa Arab Aslama, yaitu bermaksud "untuk menerima, menyerah atau tunduk." Dengan demikian, Islam berarti penerimaan dari dan penundukan kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya, dan menghindari politheisme.

    Perkataan ini memberikan beberapa maksud dari al-Qur’an. Dalam beberapa ayat, kualitas Islam sebagai kepercayaan ditegaskan: "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam..."[7] Ayat lain menghubungkan Islāmdīn[8] Namun masih ada yang lain yang menggambarkan Islam itu sebagai perbuatan kembali kepada Tuhan-lebih dari hanya penyataan pengesahan keimanan.[9] dan (lazimnya diterjemahkan sebagai "agama"): "...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu."
    Secara etimologis kata Islam diturunkan dari akar kata yang sama dengan kata salām yang berarti “damai”. Kata 'Muslim' (sebutan bagi pemeluk agama Islam) juga berhubungan dengan kata Islām, kata tersebut berarti “orang yang berserah diri kepada Allah" dalam bahasa Indonesia. (disadur dari wikipedia)